BIRAHIKU,,,,
Namaku Natalia, 28 tahun, tinggi 170 cm, bodi sexy dengan pantat padat berisi, payudaraku ukuran sedang dan kenyal, bentuknya cantik menggairahkan, wajahku juga cantik sedikit manis, aku berani memberi nilai 8 untuk diriku, ini sudah kubuktikan sendiri saat aku datang ke Mall, semua mata cowok yang normal pasti melirikku, tak peduli tua maupun muda, bahkan tak jarang yang sudah berusia lanjutpun masih suka melirikku, walau terkadang mereka datang ke Mall bersama keluarganya, apa lagi melihat caraku berpakaian bisa membuat cowok menelan ludah, karena aku paling hobby pakai singlet span tanpa lengan, sedangkan aku sejak kecil tidak pernah pakai bra karena merasa risih bila memakai bra, jadi hingga saat ini akupun tidak pernah memiliki koleksi BH.
Jarang aku pakai celana, kalaupun pakai pasti aku lebih suka pakai Hot Paint (celana pendek) yang mini dan longgar di bagian bawah, karena terus terang selain aku suka dan bangga memamerkan pahaku yang mulus sedikit berbulu itu, aku juga merasa cara berpakaianku itu relax sekali, namun yang sering kukenakan adalah Rok Mini yang bawahannya lebar sehingga aku bebas bergerak, namun susahnya kalau aku harus menaiki Escalator atau Lift tabung di Mall, pasti mata-mata nakal pada jelalatan melotot memandang ke atas tepat ke dalam isi Rok Miniku, sedangkan aku juga punya hobby memakai CD tipis yang mini berenda, tapi kebanyakan CD-ku model G String yang bentuknya sangat minim hanya ada selembar kain berbentuk segi tiga ukurannya tidak lebih dari dua ibu jari orang dewasa, yang hanya bisa berfungsi menutupi permukaan liang Vaginaku, selebihnya hanya seutas nylon yang melingkar di pinggang dan sisanya melingkar ke bawah melewati belahan pantatku, cara menggunakannya pun hanya diikatkan begitu saja.
Tapi bila di Mall aku sering berlagak cuek saja kalau memang harus menaiki tangga Escalator, yang paling senang tentunya cowok yang kebetulan juga ikut naik dan posisinya tepat kira-kira tiga atau empat trap di bawahku, aku yakin cowok tersebut pasti langsung naik libidonya, mana ada cowok di dunia ini yang tahan melihat pemandangan seperti itu, terlebih pemandangan gratis itu datangnya dari cewek cantik yang masih semuda aku? Tapi terus terang aku merasakan kebahagian tersendiri bila melirik wajah-wajah penasaran yang ada di sekitarku sedang asyik terbengong-bengong memandangi bentuk tubuhku yang memang menggairahkan itu, tak jarang pula mereka berani langsung menggodaku, tapi aku tetap acuh dan cuek aja, gengsi dong! Entar dikiranya aku cewek gampangan atau cewek murahan yang memang cari mangsa di Mall.
Walau sampai hari ini statusku masih bujangan bukan berarti aku masih gadis, aku sudah merasakan nikmatnya permainan Sex sejak kelas dua SMU dengan kenalanku seorang Mahasiswa tampan yang pertama kali merenggut kegadisanku, aku tidak menyebutnya pacar karena memang aku tidak merasakan kalau dia adalah pacarku, walau dia menganggapku sebagai pacarnya dan menjadi patah hati saat kutinggalkan begitu saja, terus terang dia cukup gagah dan tampan tapi kutinggalkan karena tuntutannya ingin sekali menikahiku sedangkan aku tidak siap bahkan sampai hari ini sedikit pun tidak memiliki keinginan untuk menikah membina sebuah rumah tangga, aku masih ingin bebas sebebas mungkin aku bisa, hubungan kami waktu itu kurasakan hanya sebatas suka sama-sama suka saja, dan merupakan kebutuhanku akan Sex saja.
Saat aku kuliah, petualanganku juga tetap berlangsung dengan cowok lain pilihanku, namun demikian aku belum pernah mengalami kehamilan apa lagi punya anak karena aku rajin dengan rutin mengikuti KB, hingga aku bebas melakukan aktifitas Sex tanpa menggunakan Kondom, aku ingin benar-benar merasakan nikmatnya Sex yang alami tanpa alat pembungkus yang menurutku menghalangi kenikmatan, cuma kendalaku adalah setiap cowok yang menikmati tubuhku selalu berakhir dengan mengajak menikah, terus terang ini mengganggu kehidupanku, terlebih akhirnya dia menjadi cowok yang pencemburu, padahal aku benar-benar masih ingin bebas dan tidak ingin dikekang atau dikuasai oleh seseorang siapapun dia, entah kelak di kemudian hari aku sudah berubah pikiran, tapi saat-saat sekarang ini aku masih tetap ingin berpetualang menikmati kehidupan yang nyata tanpa perlu munafik.
Gairah Sexku juga tinggi hingga tak jarang dinilai Hypersex atau Sex Maniac tapi aku tak peduli, aku paling senang dengan cowok yang punya kelebihan dalam oral sex, bisa kubayangkan saat dia mencium bibirku, melumat bibirku yang tipis kemudian memasukkan lidahnya ke dalam mulutku hingga kami bergantian saling pagut, saling kulum kemudian diteruskan ciuman keseputar leherku, ke balik telingaku dan menjulurkan lidahku menjilati lubang telingaku sambil tangan kanannya meraba selangkanganku sementara tangan kirinya meremas-remas payudaraku yang sintal, jilatannya makin turun ke dadaku terus ke payudaraku, mulutnya sengaja dibuka lebar seakan akan menelan semua payudaraku namun tentunya tidak cukup, sementara lidahnya terus bermain di putingku sehingga aku menggelinjang kegelian.
Vaginakupun basah dibuatnya, cairan hangat berlendir mengalir deras sekali saat jari jemarinya mengusap lembut bibir Vaginaku, dan akupun mencapai puncak kenikmatan. Aku orgasme tepat saat jarinya memilin-milin klitorisku.
"Teruu.. Uus! Teruu.. Uus! Pintaku, oo.. Ooh!"
Enak sekali, tubuhku menggigil dan serasa kejang-kejang saat melepas orgasmeku, tahu keadaanku yang demikian, bibirnya tetap tidak berhenti bahkan terus menjalar turun ke pusarku hingga membuatku menggeliat bagaikan cacing kepanasan, jilatannya memang luar biasa, diteruskan ke bawah ke sekeliling pahaku yang mulus, terus ke lutut, ke bawah lagi hingga jari dan telapak kakiku tak luput dari jilatannya, selesai menjilati kedua belah kakiku kini jilatannya langsung naik ke arah pahaku bagian dalam, aku pun makin mengangkangkan pahaku agar memudahkan lidahnya menuju sasaran yang kuinginkan.
Rupanya dia sengaja ingin aku mati lemas, rasa gatal di vaginaku makin menjadi, rasanya ingin segera disentuh namun jilatannya tidak kunjung tiba ke sasaran yang kuinginkan, kedua tangannya memegang pahaku dan sedikit diangkat sambil dikangkangkan, maka tampak dengan jelas sekali olehnya bentuk Vaginaku yang berwarna Pink, bibir Vaginaku makin merekah karena pahaku dibuka lebar-lebar dengan cara demikian, lidahnya mulai menjilati bibir Vaginaku, sesekali dijulurkan panjang-panjang dan ditusuk-tusukkan ke dalam liang vaginaku, ritmenya teratur sambil digesekkan dari bawah ke atas, aku mengalami sensasi yang luar biasa, kepalaku hanya bisa menggeleng ke kanan dan ke kiri, sementara tanganku menggapai kesana-kemari, jariku meremas-remas sprei di sekitarku, tepat di klitorisku mulutnya langsung menghunjam dan mengulumnya.
Diplintir-plintirnya klitorisku dengan bibirnya dan sesekali lidahnya dengan nakal menari-nari menyapu ujung klitorisku yang posisinya jadi menonjol keluar karena kedua belah pahaku terbuka lebar, akhirna akupun mencapai klimaksnya untuk ke dua kalinya, cairan hangat tumpah keluar dari liang senggamaku dengan derasnya, mulutnya bukannya berhenti tapi semakin ganas memoles habis Vaginaku sambil sesekali dihisapnya, semua cairan licin yang mengalir keluar dari lubang Vaginaku ditelannya hingga kering tak tersisa setetes pun, semua dilakukan bagaikan orang yang telah tiga hari tidak makan dan diberi semangkuk bubur hangat, seluruh pinggiran bibir vaginaku dijilatinya hingga bebar-benar tak tersisa, badanku pun lemas sekali, seluruh persendian tulangku terasa lepas satu persatu, oo.. ooh! Nikmat sekali rasanya.
Permainan belum berakhir, saat diriku lemas tak berdaya dia merambat naik mencium bibirku yang jadi kering karena menahan kenikmatan yang luar biasa, sementara mengulum bibirku batang kemaluannya yang sejak tadi sudah berdiri tegak mulai disentuhkan ke permukaan Vaginaku, dapat kurasakan sodokan-sodokan kecil yang sesekali menjadi gesekan mengenai bibir vaginaku dan menyentuh klitorisku, selangkangan pahaku hingga bibir Vaginaku menganga, hal ini memudahkan batang kemaluannya menemukan sasaran liang yang diinginkan, disodokkan pelan ke dalam liang Vaginaku, setelah masuk beberapa centi ditarik kembali hingga keluar, terus berulang-ulang hingga akupun kembali horny dibuatnya, setelah puas memainkan batang kemaluannya di ujung liang Vaginaku, kini pelan-pelan batang kemaluannya mulai benar-benar dibenamkan dalam liang Vaginaku, Blee.. Eessz!
Ditariknya kembali, kemudian dimasukkan lagi terus berulang-ulang, irama kocokannya makin lama makin cepat.
"Ooo.. Oocch! Uu.. Uucch! Aa.. Aacch!"
Aku hanya bisa melenguh sambil menggoyangkan pantatku mengimbangi kocokan kemaluannya, terakhir dibenamkan semua batang kemaluannya ke dalam liang Vaginaku hingga terasa seakan menyentuh dinding rahimku, pada saat itu digoyangnya pinggulnya hingga menyerupai bentuk angka delapan meliuk-liuk kiri dan kanan.
"Aaa.. Aacch! Aa.. Uucch! Oo.. Oocch! Aku hampir orgasmee.. Teruu.. Uus! Teruu.. Uus! Teruu.. Uus!"
Suaraku makin parau, bersamaan dengan itu akupun mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Diapun mengalami hal yang serupa, kami mencapai klimaks bersamaan, dapat kurasakan semprotan spermanya yang hangat dalam liang Vaginaku, akibatnya cairan kenikmatan membanjiri liang vaginaku mengalir deras hingga meleleh keluar melalui bibir Vaginaku terus merembes ke belahan pantatku hingga menyentuh lubang anusku.
Akupun terkulai lemas sementara dia tetap berada di atas tubuhku sambil kedua tangannya menopang di tempat tidur sehingga tidak memberatkan tindihannya ke tubuhku, sedangkan batang kemaluannya tetap dibiarkan terbenam di dalam liang Vaginaku, Vaginaku berdenyut melepas sisa-sisa kenikmatan, tentunya membuat kenikmatan tersendiri pada batang kemaluannya yang juga sempat mengeluarkan denyutan menghabiskan sisa-sisa sperma yang dimuncratkan ke dalam liang vaginaku, saat-saat seperti ini memang sangat indah, karena kami sama-sama mencapai puncak kepuasan secara bersamaan pula.
E N D
http://www.ceritacerita.com/2010/09/obsesiku.html
-------------------------------------------------------------------------------------
TANTE ERNI
Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).
Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.
"Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih", kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.
Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. "Serr.. rr.. serr.. psstt", kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Erni.
"Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet" kata Tante Erni.
"Ah enggak apa-apa Tante", jawabku.
"Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?", tanya Tante Erni.
"Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?" tanyaku.
Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
"Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu", kata Tante Erni.
Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku memegang-megang vaginanya.
"Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi".
"Iyah Tante", jawabku.
Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.
Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
"Lex, kamu enggak ikut?" tanya mamiku.
"Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah" kataku.
"Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi" kata Mami.
"Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin" kata Mami pada Tante Erni.
"Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok" kata Tante Erni.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante Erni baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
"Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?" tanya Tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
"Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa" kataku.
Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
"Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?" kelakar Tante Erni padaku.
Aku pun bingung, "Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?" jawabku polos.
"Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman" kata Tante Erni sambil memegang si kecilku.
"Ah Tante bisa saja" kataku.
"Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah" aku hanya diam saja.
Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, "Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante"
"Enggak apa-apa, tanggung kok" kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.
Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
"Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah"
"Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya" kataku polos.
"Iyah kamu tenang saja yah" kata Tante Erni.
Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
"Achh.. cchh.." aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
"Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih" kataku.
"Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok" kata Tante Erni.
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
"Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener " kataku sambil meremas vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
"Croott.. ser.. err.. srett.." muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
"Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?" kata Tante Erni.
"Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante.."
"Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?"
"Enggak Tante"
Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.
"Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih". Aku jadi salah tingkah
"Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti" katanya padaku.
"Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi" pintaku pada Tante Erni.
Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Erni basah entah kenapa.
"Tante kencing yah?" tanyaku.
"Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah".
Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku
"Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap" katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante Erni hanya ketawa kecil.
"Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih" kata Tante Erni.
Dia mulai memegang penisku lagi, "Lex Tante mau itu nih".
"Mau apa Tante?"
"Itu tuh", aku bingung atas permintaan Tante Erni.
"Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?"
"Tapi Alex enggak bisa Tante caranya"
"Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah" kata Tante Erni padaku.
Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.
"Lex jilatin donk punya Tante yah" katanya.
"Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi"
"Coba saja Lex"
Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.
"Achh.. hgghhghh.. Tante"
Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.
Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
"Kamu tahu enggak mandi kucing Lex" kata Tante Erni.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.
Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.
"Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex" kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.
"Lex masukin donk Tante enggak tahan nih"
"Tante gimana caranya?"
Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.
"Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh" erang Tante Erni.
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
"Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya" pinta Tante Erni padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
"Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.." kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
"Tante Alex kayanya mau kencing niih"
Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.
Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
"Lex kamu sudah baikan?" tanya Mamiku.
"Sudah mam, aku sudah seger n fit nih" kataku.
"Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat" tanya Mami sama Tante Erni.
"Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas" kata Tante Erni.
Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Erni.
Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni.
Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
E N D
-------------------------------------------------------------------------------------
nini yang misterius,,,
Pada pertengahan tahun lalu, aku sedang makan siang di cofee chop sebuah hotel di bilangan Sudirman dengan seorang account executive untuk urusan pelaksanaan promosi produk perusahaan dimana aku bekerja. Kami duduk di meja dekat pintu masuk dan aku mengambil kursi yang menghadap ke dalam.
Selesai menikmati makanan yang kami pesan, kami melanjutkan pembicaraan sambil minum kopi. Aku tidak sadar bahwa berjarak 3 meja searah pandanganku, duduk sekelompok tamu yang terdiri dari 3 wanita dan 2 pria. Lurus dengan pandangan mataku tampak seorang wanita cantik sekali berwajah indo yang kuperkirakan berumur 28 tahunan. Saat pandangannya tepat beradu dengan mataku, kulempar senyuman kecil di bibirku. Beberapa kali pandangan kami bertemu karena memang arahnya yang sama.
Aku pergi ke kamar kecil. Sebelum aku berdiri, aku melirik dengan sudut mataku ke arah wanita tersebut lalu kutinggalkan meja menuju toilet pria yang terletak di ujung lorong belakang resepsionis hotel. Pada saat aku selesai dengan urusanku di toilet, aku keluar dan kembali ke arah coffee shop. Belum jauh aku melangkah, tampak sang wanita cantik itu berjalan juga ke arah toilet hingga kami berpapasan.
"Hai.. Sudah selesai makannya?" sapaku iseng.
"Virano namaku, boleh berkenalan?" Mendadak keberanianku timbul sambil kuulurkan tanganku.
"Nini, baru selesai.. Sebentar lagi jalan.., kamu masih lama?" katanya sambil menjabat tanganku.
"Sebentar lagi juga selesai, lalu kembali ke kantor" jawabku.
"Hubungi aku ya.." katanya sambil memberi secarik kertas yang telah dipersiapkannya dan telah dilipat menjadi kecil yang langsung kumasukkan ke kantongku.
Tak lama kemudian kutinggalkan coffee shop tersebut tanpa melirik lagi kepadanya dan aku kembali ke kantor, meneruskan pekerjaanku. Malamnya di rumah, seperti biasanya aku keluarkan seluruh isi kantongku dan meletakkannya di meja kerjaku tanpa memperhatikan satu persatu, tetapi tidak kubuang. Biasanya, setelah beberapa hari paling lama 2 minggu, aku selalu membersihkan meja kerjaku di rumah dengan memperhatikan isi kertas yang ada satu persatu sebelum aku membuangnya. Saat kubereskan 10 hari kemudian, aku menemukan secarik kertas terlipat kecil yang diberikan oleh Nini yang berisikan sebuah nomor telepon rumah. Untung saja aku temukan karena kalau tidak aku sudah lupa dengannya. Langsung saja kumasukkan dalam memory HP-ku. Malamnya kucoba menelepon Nini. Ternyata dia tidak di rumah. Keesokan paginya aku mencobanya lagi.
"Hallo, bisa bicara dengan Nini?" tanyaku di telepon.
"Nini di sini, dengan siapa" tanyanya kembali.
"Virano, baru bangun ya?" kataku.
"Hai.., kok lama baru telepon, aku tunggu sejak kita ketemu lho, nanti sore ada acara nggak?, tanyanya.
"Justru aku telepon mau ngajak ketemu, jam 7:30 gimana?" tanyaku.
Sorenya aku menuju ke sebuah restoran di lantai 26 lantai paling atas sebuah gedung di bilangan Sudirman, sebuah restoran yang terkenal dengan steaknya dan bersuasana romantis dan agak remang pada malam hari.
Aku menunggu sekitar 15 menit sebelum Nini datang dengan anggunnya, berjalan dengan kaus putih atasan ketat tanpa lengan memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang kuperkirakan berukuran 36B, rok mini bahan kulit ketat warna coklat, dengan tinggi lebih dari 170 cm, memperlihatkan bentuk kaki panjang yang indah menopang sepasang gundukan pantat bulat yang menggemaskan untuk segera diremas. Dengan rambut ikal tergerai sampai bahu, menunjang pancaran sinar menggemaskan dari wajah sexy menggairahkan yang mengundang minat setiap lelaki untuk segera mencicipinya saat memandangnya.
Dia mengambil kursi di hadapanku sehingga aku dapat memandang wajah sexynya sepuas-puasnya, apalagi dengan sinar lampu yang remang-remang hingga menambah gairah hangat yang terasa mengalir di sekitar pahaku. Aku memesan Rib Eye Medium Well dan Nini memesan Tenderloin Well Done beserta sebotol red wine. Kami mengobrol panjang lebar tentang dunia hiburan sampai dunia usaha dan ekonomi.
Nini adalah seorang wanita yang enak diajak mengobrol, pengetahuannya luas dengan gaya bicara serta body language yang mengagumkan sehingga membuatku sedikit terangsang. Selama pembicaraan, seringkali Nini memandang tanganku bila aku sedang meletakkan tanganku di atas meja, entah apa yang dipikirkannya.
Botol wine kami habiskan pada saat jam telah menunjukkan pukul 22:15. Tak terasa hampir 2 jam lebih kami berada di tempat itu. Kupanggil waiter untuk meminta bill. Setelah kubayar, kami berjalan menuju lift untuk menuju ke tempat parkir.
"Kamu ikuti mobilku ya.." bisiknya.
"Mau kemana?" tanyaku. Nini tidak menjawab pertanyaanku.
"Tuh mobilku" katanya sambil menunjuk sebuah Bulldog E Class warna putih yang diparkir dekat pos satpam.
"OK, mobilku itu" ujarku sambil menunjuk sebuah Honda Accord warna coklat tua.
Kami keluar dari tempat parkir menyusuri Sudirman ke arah selatan dan aku mengikuti Nini memasuki kompleks perumahan mewah dan hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai di sebuah rumah yang besar. Seorang penjaga membuka pintu pagar dan Nini langsung memasukkan mobilnya ke garasi sedangkan aku sampai depan garasi saja. Tampak sebuah mobil lain tertutup kain di garasinya.
Aku diajak Nini masuk melalui pintu garasi lalu Nini mengambil sebotol wine dari lemari es-nya beserta 2 buah gelas dan menyodorkannya padaku. Aku tuang wine itu masing-masing setengah gelas dan kuberikan sebuah pada Nini. Lalu Nini menggandeng tanganku dan membawaku memasuki sebuah kamar. Kamar tidurnya yang besar mungkin berukuran 10 x 8 m, tampak lemari besar dengan berbagai hiasan, piagam dan foto. Satu set sofa dan kursi malas melengkapi isi kamar itu.
Aku tertegun agak lama karena kulihat sebuah bingkai foto besar di atas ranjang, foto Nini tanpa busana namun terkesan sangat artistik dimana Nini berpose dalam keadaan duduk, menaikkan sebelah kakinya untuk menutupi vaginanya serta kedua tangannya disilangkan untuk menutupi sepasang buah dadanya.
"Vir.., kenapa bengong.. Bagus kan fotoku? Mari kita minum lagi"
Cahaya redup menambah romantisnya suasana ditambah suara musik dari sebuah tape di pinggir ranjang dengan suara lembut di seluruh sisi kamar tersebut. Sound System yang bagus. Aku minum seteguk lalu dia mendorongku duduk di sofa yang ada senderan tangannya, gelas wine yang dipegangnya diberikan padaku.
"Kamu duduk di situ baik-baik ya, aku mau menari untukmu" suaranya lirih.
Suara musik berirama slow terdengar lembut, aku duduk di muka Nini. Musik semakin lama semakin menghentak. Nini menggoyangkan badannya mengikuti irama sambil menatapku tajam. Nini mulai menggerakkan tangannya. Berawal dari mulut, dibasahinya bibirnya dengan jilatan lidahnya. Dimasukkannya jari-jari tangannya lalu dihisap. Kunikmati adegan itu sambil menatap ke arah Nini. Dikeluarkannya sedikit desahan lalu diturunkannya tangannya ke bawah perlahan menyusuri tubuhnya.
Bergerak dengan lambat di buah dadanya, diremas-remas dengan nafsu yang mulai hadir membara. Tangannya pun mulai turun melewati perut ke arah bawah. Dipandanginya aku dengan mata penuh nafsu dan mulut mendesah-desah. Kakinya dibuka lebar lalu melangkah mendekatiku, satu kakinya dinaikkan ke kursi di antara kedua pahaku, rok mininya terangkat ke atas sehingga tampak celana dalamnya yang kecil hanya berbentuk segitiga menutupi liang vaginanya. Pantatnya diputar-putar sambil tangannya terus bergerilya di dadanya.
Kakinya dijulurkan menyentuh dan menekan penisku yang mulai menegang. Aku menarik kakinya, tapi Nini dengan halus menarik kembali kakinya hingga membuatku penasaran. Dia berbalik sambil mulai menarik kausnya ke atas melewati kepala. Tidak terlihat ada BH yang melingkar di dadanya hingga aku sempat heran karena sedari tadi aku tidak mengetahui bahwa Nini tidak mengenakan BH.
Dengan perlahan sambil tangannya meraba pantatnya sendiri, lalu Nini menjulurkan tangan, ditariknya kepalaku sambil membungkukkan badannya sehingga pantatnya berada hanya 10 cm dari hidungku. Dengan rok yang telah terangkat ke pinggul, tampak Nini hanya mengenakan G-String tipis. Nini memasukan 2 jari ke dalam vaginanya dan mengocoknya beberapa kali sambil kepalanya terus menoleh ke arahku. Aku memajukan kepalaku dan kupegang sambil kukecup pantatnya tetapi goyangan dan gerakan memutarnya yang lembut kembali menggagalkan usahaku.
Kembali dia melenggok dan memutar pinggulnya. Jarinya dikeluarkan dari vaginanya, disodorkan padaku dan segera kujilat dan kukulum kedua jari itu, lalu Nini mengocok jarinya di dalam mulutku. Penisku sudah ereksi dengan sempurna di dalam celanaku yang menggelembung. Aku berusaha untuk membuka celanaku, tapi Nini dengan sigap menarik kedua tanganku dan meletakkannya di pinggangnya. Aku mencoba memerosotkan G-Stringnya, tapi dengan erotisnya dia mencegahnya dengan menarik tali pinggir G-Stringnya ke atas.
Akhirnya Nini berjongkok dan mendorongku untuk bersandar, lalu dengan cekatan Nini membuka celana panjang dan celana dalamku melewati kedua kakiku hingga seketika penisku lepas terbebas dan langsung mencuat tegak ke atas.
"Woow.. Soo big.., it must be nice.." desah Nini perlahan.
Sambil tetap menggoyangkan pantatnya, Nini duduk di pangkuanku dan membuka kancing-kancing bajuku sampai aku telanjang bulat, sementara dia masih mengenakan rok yang telah terangkat sampai pinggang dan G-Stringnya.
"Nini.. You're soo great.., very nice breast" ujarku sambil mepegang lembut buah dadanya dengan kedua tanganku.
"Virano.. Very big.., I want to taste it, may I?" pintanya.
Nini memegang penisku sambil menundukkan kepala dan mulai mencium bibirku dengan lembut. Dijelajahinya bibirku dari ujung ke ujung. Lidahku mencari lidahnya namun dengan lihainya Nini menahannya di dalam sehingga aku hanya dapat menciumi bibirnya saja. Tiba tiba Nini menjulurkan lidahnya dan menghisap lidahku sehingga lidahku tertarik masuk ke dalam mulutnya.
"Oughh..", teriakku kaget.
Nini tersenyum nakal sambil turun dari pangkuanku. Dipegangnya penisku, bibir sexynya mulai mencium ujung lubang kecilnya lalu dijilatnya. Rasa ngilu terasa menyengat seluruh tubuhku. Kedua kakiku diangkatnya ke atas senderan tangannya lalu pantatku ditariknya sehingga aku terduduk di ujung sofa. Lalu Nini memasukkan jari tengah tangan kanannya ke mulutnya dan mengocoknya beberapa kali kemudian mencari anusku yang terbuka. Jarinya memutar di bibir anusku lalu didorongnya memasuki anusku.
Dijilatinya seluruh batang penisku, lalu diciumnya kembali ujung penisku sambil diberinya sedotan ringan yang semakin lama semakin keras sambil lidahnya tetap bermain di ujung lubang penisku. Dengan sedotan yang semakin keras, otomatis penisku masuk ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit dan setengah panjang jarinya sudah berada di dalam anusku.
"Oohh.. Ni.. Feel soo great for me.., how can you?" deashku sambil kutengok ke bawah, Nini sedang berkonsentrasi melakukan teknik itu sambil matanya menerawang ke atas.
Dengan tekniknya, penisku semakin masuk ke dalam mulutnya, sudah 3/4 nya, sudah terasa sampai ke ujung dalam mulutnya. Nini mulai memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil terus menyedot penisku hingga terasa semakin masuk. Kulihat Nini menahan nafasnya dan terus berusaha untuk mendorong kepalanya ke bawah. Akhirnya seluruh penisku berhasil masuk ke dalam mulutnya sampai bibirnya dapat menyentuh dasar penisku yang berbulu. Jarinya tetap diam berada di dalam anusku.
"Ni.. ni.., Soo deep.., very.. Nice.." aku mendesah.
Nini telah menunjukkan keahlian oralnya padaku, tepi ternyata belum berhenti sampai di situ. Nini tetap menahan penisku di dalam mulutnya yang ujungnya telah masuk sebagian ke dalam tenggorokannya, lalu dia melakukan gerak menelan dengan mulutnya berkali kali dan mulai mengocok anusku dengan jarinya, semakin lama semakin dalam rasanya hingga penisku serasa dipijit-pijit, dikocok dan diperas. Anusku juga dikocoknya dalam-dalam.
Aku tidak dapat menggoyangkan pantatku karena tertekan oleh tangan kiri Nini. Gerakan menelan dan kocokan jarinya semakin lama semakin cepat hingga akhirnya terasa ada desakan sperma mendorong keluar dari penisku. Nini mengetahui hal ini hingga dia tekan jarinya sedalam mungkin lalu berhenti, demikian juga dengan mulutnya didorong sedalam-dalamnya sehingga bibirnya menekan dasar penisku bersamaan dengan keluarnya spermaku yang langsung masuk di tenggorokannya.
"Ni.. ni.. aahh.. i'm cumming.." jeritku.
"I never feel like this before.., very nice" ujarnya.
Tak terlihat ada sperma di mulutnya karena semuanya telah langsung tertelan di tenggorokannya. Dengan sangat perlahan dikeluarkannya penisku dari mulutnya sambil tetap menahan sedotan mulutnya, jarinya pun ditarik perlahan hingga menimbulkan rasa sangat nikmat pada anusku.
Nini melakukan proses gerakan menelan sampai aku orgasme kira kira dalam waktu semenit. Berarti Nini tidak bernafas selama itu juga, karena lubang nafas di tenggorokannya tertutup oleh penisku.
Aku bersandar di kursi menikmati orgasme paling nikmat yang pernah kurasakan selama ini. Nini meletakkan kepalanya di atas pahaku sambil melirik kepadaku. Tampak rona puas di wajahnya atas keberhasilannya menaklukkan seorang lelaki. Tak ada keringat di tubuh kami berdua karena memang kami tidak bergerak untuk mencapai orgasmeku, Nini hanya menggerakkan mulut, leher dan jarinya, sedangkan seluruh badanku diam hanya sesekali saja otot keggelku berkedut.
Nini bangkit menarik tenganku dan membawaku ke ranjangnya, Nini tahu bahwa aku sangat lemas. Dibaringkannya aku di ranjangnya yang empuk. Aku tiduran sambil memejamkan mataku untuk beristirahat. Lalu Nini berbaring di sisiku sambil sesekali tangannya mengelus penisku. Aku tahu, Nini patut mendapatkan yang terbaik yang pernah aku berikan pada seorang wanita, karena itu aku bertekad untuk habis-habisan memuaskan dia.
Tak lama kemudian aku bangkit berdiri menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya, sebuah kamar mandi mewah dengan bathtub bundar besar di tengah ruangan, cukup untuk 2 orang sekaligus. Sewaktu aku kembali ke dalam kamar, kulihat Nini telah telentang sedang memejamkan matanya dan tidak menyadari kalau aku sudah kembali.
Perlahan aku berjongkok di lantai dekat kakinya, kutundukkan kepalaku, kukecup ringan jempol kakinya. Nini agak terkejut hingga menarik kakinya, tapi dijulurkannya kembali. Aku melanjutkan mengecup seluruh jari kakinya lalu mulai mengulum jempol dan menghisapnya berkali kali. Kuulangi untuk seluruh jarinya kiri dan kanan.
"Viir.. Geli.. Tapi enaak.. Vir.." rintihnya.
Kulanjutkan penjelajahan lidahku di telapak kakinya sambil memberi gigitan-gigitan kecil di permukaannya hingga Nini menggoyang-goyangkan kakinya karena kegelian. Lalu aku naik ke betisnya, aku hisap belakang lututnya dan terus menelusuri pahanya hingga naik ke atas. Kujilati lipatan pangkal pahanya sambil sesekali menyentuh vaginanya yang masih tertutup G-String dan rok mininya masih berada di pinggang. Nini ikut terbawa nafsuku.
"Lick me.. Lick me.. Suck my clit pleassee..", ujarnya di tengah-tengah jilatanku.
Aku naik ke atas. Kutindih tubuhnya dan mulai kucium bibirnya, beradu lidah sambil menekankan penisku ke klitorisnya dan menggeseknya maju mundur, kujilat telinganya dan kugigit perlahan. Aku hisap sekeras-kerasnya, kujilat bibirnya tanpa mencium. Dia mengelinjang.
"Go down.. Go down.. Vir..", pintanya semakin bergairah. Aku jilat lehernya dengan penuh nafsu. Semakin turun, kujilat dadanya dan kugigit kecil putingnya.
"Ssff.., Vir.. Aaugghh.. More.. Moree.."
Kujilat juga perutnya. Semakin ke bawah, masih ada rok mini yang mengganggu keasyikanku. Sambil kuhisap putingnya, kubuka roknya lewat kaki serta kutarik G-Stringnya lepas. Kulanjutkan menjilati bagian perut dan kuhisap ringan pusarnya sampai bagian bawah perutnya. Kujilat klitorisnya sebentar lalu kuteruskan ke bagian sisi vaginanya sambil sesekali kuhisap agak kuat dan kupermainkan kembali klitorisnya dengan bibirku sambil terkadang kusedot. Sementara itu kumasukkan jariku sedikit ke dalam vaginanya hingga membuat dia semakin penasaran. Badannya bergoyang menahan sensasi. Tangannya meremas-remas dadanya sendiri. Dia sudah hilang kesadaran hingga kini gairahnya yang mengontrol.
"Pleasee lick it, Vir.. Oohh.. Viir.." jerit Nini.
Tetapi aku belum mau menuntaskan permainan oralku. Kuangkat tinggi-tinggi kakinya dan kulanjutkan jilatanku menuju anusnya tanpa menyentuh vaginanya hingga membuatnya semakin blingsatan. Kujilat ringan anusnya lalu kucium pinggirannya. Kubalikkan badan Nini karena dengan posisi demikian, ruang gerakku terasa kurang leluasa. Kuambil bantal lalu kusisipkan di bawah perut Nini sehingga sekarang posisi pantatnya menungging dengan kepalanya menekan ke ranjang.
Kembali kucium dan kujilat bongkahan pantatnya dari ujung atas belahan pantatnya serta menelusuri belahannya ke bawah, kugunakan kedua jempol tanganku untuk menarik kedua pantatnya sehingga lubang anusnya terbuka lebar. Kujulurkan lidahku dan menyapu melingkari permukaan anusnya.
"Ooughh..", jeritnya keenakan ketika lidahku menyentuh lubangnya. Kulingkari permukaannya sambil kudekap seluruh anusnya dengan bibirku, lalu kudorong lidahku ke dalam anusnya dengan keras sambil kuputar lidahku beberapa kali.
"Aah Vir.. Deeper.. Deeper.." rintihnya sambil menggelengkan kepalanya keenakan. Lalu dengan tiba tiba, kutarik lidahku dari anusnya dan kusedot sekuat kuatnya.
"Ooh.. What are you doing.. It's soo nice.. I can orgasm with that.. I never have that before.." teriak Nini. Lalu kuulangi teknik itu beberapa kali sampai Nini memohon..
"Vir.. Stop.. Stop.. Please.. Bring in your big cock inside me.., I am eager to have it in my cunt.." Desahnya dengan suara yang sangat merangsang.
Aku balikkan tubuhnya. Nini membuka kakinya sehingga vaginanya terpampang dengan jelas, tapi aku belum selesai dengan oralku. Kujilat kembali klitorisnya dan kupermainkan dengan bibirku dan kusedot kuat kuat. Setelah puas memainkan klitorisnya, lalu aku mulai menyorongkan wajahku ke arah kemaluannya untuk menjilatinya. Terasa bau khas kemaluan wanita yang harum dan merangsang.
"Aauuww.. Aahh.. Sshh.. Terus Vir, terruuss.. Oohh.."
Kuhisap air kemaluannya sampai kering, terasa asin tetapi nikmat. Seiring dengan hisapan-hisapanku, tubuhnya kembali semakin bergerak liar. Kumainkan liang kemaluannya dengan lidahku, kuputar-putar dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Terasa lidahku seperti memasuki sesuatu yang hangat dan sempit. Kumainkan kemaluannya dengan lidahku hingga membuatnya merasa akan orgasme. Badannya menegang dan pahanya menghimpit kepalaku yang membuatku susah bernafas.
"Oohh.. Ooww.. Ooww.. Uuhh.. Aahh.." rintihnya lemas menahan nikmat ketika hanya dalam 2 menit kemudian cairan orgasmenya yang hangat kembali menyembur keluar. Kemaluannya kini semakin basah karena dia baru saja orgasme dan kuhisap semua cairan yang ada dalam kemaluannya.
"Kau hebat sekali Vir, membuatku terangsang ke langit ketujuh dan orgasme, nikmat sekali cumbuanmu. Tidak salah penilaianku saat kita dinner tadi", bisiknya halus. Aku hanya tersenyum.
Lalu Nini menarik dan mencium bibirku dengan lembut, penuh dengan perasaan. Lidahnya menari-nari di dalam mulut, bermain dengan lidahku. Sementara tangannya meremas pantatku perlahan. Ditidurkannya aku kembali ke sisinya. Ciumannya bergeser ke bawah, ke leherku. Dijilatinya perlahan, kembali lagi ke telingaku, lidahnya menari-nari di dalam telinga dan menyedot perlahan ujungnya hingga membuatku melayang dan birahiku bangun kembali.
Kemudian elusannya di dada berubah menjadi remasan di penisku yang telah mengeras kembali sejak tadi. Kembali kutelentangkan tubuhnya di ranjang dengan pantat kuganjal bantal. Kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan kudorong sedikit. Aku mulai menggoyangkan pantatku ke kanan kiri secara perlahan seakan mengorek dan menusuk-nusuk dinding vaginanya.
"Ooh.. Ooh.." Nini menjerit-jerit melampiaskan kenikmatannya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Tangannya memegang pinggulku lalu menariknya dengan kencang sehingga terasa sangat dalam penisku masuk di vaginanya.
"Come on vir.. Come on virr.. i am almost.. cuum.." Nini mengerang ngerang.
Kutekuk kedua lulutku lalu kuangkat kaki Nini sampai lututnya menyentuh dadanya dan kutindih dia sambil memaju-mundurkan pantatku sehingga aku dapat melakukan penetrasi sangat dalam sampai terasa tulang kemaluanku beradu dengan tulang Nini. Kurasakan ada dorongan luar biasa dari dalam tubuhku dan akan keluar melewati penisku. Kupercepat goyanganku, kudorong semakin dalam pinggangku lalu setiap kali penisku masuk dalam dalam, kukedutkan ototku hingga menyebabkan penisku semakin membesar dan mengeras.
"I am cumming.. I am cumming.. Ni.." teriakku.
"Me too, me too.. Please.. Don't stop.." Nini balas berteriak.
Akhirnya kurasakan badan Nini mengejang kuat sambil tangannya mencengkeram punggungku kuat kuat, saat itu pula spermaku kusemburkan di dalam vagina Nini sambil kudorong sedalam-dalamnya ke vagina Nini. Terada ada 5-6 semburan yang kukeluarkan dan setiap semburan mengakibatkan semakin kencangnya cengkeraman Nini di punggungku.
"Viirr.. Ooh.. Nikmaatt.. Aku keluar lagi Virr.." Nini berteriak. Badanku sedikit kuangkat untuk memberi ruang bagi Nini meluruskan kakinya dan badanku ambruk di atas badannya sambil kucium kening dan pipinya. Kulirik jam di dinding. Jam 2:12.
*****
Kami tertidur telanjang bulat berpelukan dengan AC yang masih menyemburkan udara dingin. Aku terbangun saat kurasakan kehangatan menyelimuti penisku. Terasa pelukanku kosong tapi penisku terasa geli. Kubuka mataku dan kulihat Nini sedang mengulum dan menjilati penisku. Terasa jilatannya berbeda dengan yang aku rasakan kemarin. Kali ini Nini menjilati dan mengulum penisku seperti makan lollipop, dijilatnya mulai pangkal sampai ujungnya bergantian, kadang zakarku dikulum dan disedotnya hingga menyebabkan aku kegelian.
"Nini.. Breakfast ya?" tanyaku.
"Hmm.. Hmm.." gumamnya.
Aku tarik kakinya untuk mengajaknya berposisi 69. Nini menyodorkan vaginanya ke mulutku yang langsung kujilat dan kumasukkan lidahku ke dalamnya. Penisku kembali mengeras dan tegak ke atas. Nini bangkit lalu memintaku tiduran. Lalu Nini tiduran pula berhadapan sambil memelukku. Nini mengangkat kaki kanannya dan ditumpangkannya ke kakiku sehingga vaginanya terbuka menantang.
Ditariknya pantatku lalu penisku diarahkannya ke lubang surganya. Tidak terlalu sulit untuk masuk. Saat setengah kepalanya sudah masuk, aku beri dorongan ringan tapi Nini menahan pinggulku. Bibirku diciumnya dan lidahnya menyeruak ke dalam mulutku mencari lidahku. Kami berciuman dengan hangatnya dengan penuh nafsu birahi.
Sambil berciuman, terasa penisku seperti tertarik masuk padahal aku tidak mendorongnya. Kupegang pinggul Nini yang ternyata diam juga, tetapi kembali terasa penisku memasuki vaginanya dan bibir vaginanya berdenyut-denyut menekan hingga membawa penisku masuk. Jarakku dengan Nini semakin dekat dan akhirnya menempel bersentuhan. Kuraba penisku, ternyata semuanya sudah masuk ke dalam vagina Nini. Terlihat bintik keringat di wajahnya pertanda Nini telah mengeluarkan tenaganya untuk menyedot masuk penisku.
Menakjubkan.., Nini ternyata memiliki teknik bercinta yang sangat luar biasa. Dia telah memperlihatkan teknik oral sex yang tidak ada duanya, dan sekarang dia tunjukkan pula teknik penetrasi yang jarang dimiliki oleh wanita. Konon hanya wanita dari pulau tertentu saja yang menguasaii teknik ini, padahal Nini adalah keturunan dan lahir di kota yang terkenal dengan kecantikan para wanitanya di ujung utara Indonesia ini.
Saat penisku sudah masuk semua, terasa penisku masih dipijit-pijit tapi tanpa disedot lagi. Akhirnya dia menggulingkanku dan dia naik menduduki penisku. Buah dadanya yang sangat indah kupegang dan kuremas-remas. Lalu Nini mulai memaju-mundurkan pantatnya mengocok penisku sambil menekankan klitorisnya pada batang penisku. Gerakannya semakin cepat lalu diubah dengan gerakan memutar yang semakin cepat seperti penari hula-hula. Kuremas buah dadanya semakin kencang. Penisku terasa diperas dan dipelintir.
"Nini.. Ooh.. Kamu.. Hebaat Ni.." desahku.
"Kontol kamu sih enaakk.. Jadi aku hilang kontrol.." katanya.
"Teruuss Ni, jangan berhenti.. Aku mau keluar.. Kamu masih lama nggak..?" tanyaku.
"Keluarin aja, aku juga mau keluar.." jeritnya. Putarannya semakin cepat lalu tubuh Nini mengejang hebat, terasa vaginanya semakin licin.
"Viirr.. Akku.. Keluar.. Dulu vir.." jeritnya sejadi-jadinya.
Tetapi Nini tahu apa yang harus dilakukan, putaran pinggangnya tidak berhenti, keringat sudah bercucuran dari wajah, leher dan seluruh badannya hingga menjadikan kulitnya semakin mengkilat basah dan semakin sexy.
"Nini.. Aku juga mau keluar.." teriakku.
Nini melepaskan vaginanya dari penisku dan digantikan oleh mulutnya. Penisku dikulum sambil dikocoknya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian orgasmeku tiba dan spermaku menyemprot hingga mengenai langit-langit mulut Nini. Nini berusaha tetap mengulum penisku. Setelah selesai dengan orgasmeku, tampak Nini menelan spermaku lalu dia naik ke tubuhku dan mencium bibirku.
Kami berciuman bibir. Saat lidahku kujulurkan untuk membuka bibirnya, terasa ada cairan dari mulut Nini yang memasuki mulutku, ternyata itu adalah spermaku sendiri. Nini menjulurkan lidahnya dan menyedot spermaku kembali. Lalu kami berciuman sambil bermain-main dengan spermaku.
Setelah beristirahat, kami mandi bersama di bathtub dalam kamar mandinya dan Nini keluar duluan dari kamar mandi. Saat aku kembali ke kamar, aku terkejut melihat satu sisi kamar Nini yang tadinya tertutup gorden tebal telah berganti menjadi kaca tebal dari atas sampai ke bawah dan ada dua daun pintu yang terbuka dan berhubungan langsung dengan taman kecil yang tertutup dengan kolam ikan kecil.
Nini tampak sudah duduk di luar hanya dengan memakai celana ketat pendek sekali dan atasan kaus longgar pendek transparan sehingga jelas terlihat bulatan dan puting buah dadanya. Aku hanya memakai celana dalam. Di meja telah tersedia dua cangkir kopi, dua gelas orange juice dan dan beberapa roti yang telah diberi selai.
"Vir.. Ayo kita relax dulu di sini.. sambil lunch.." katanya.
"Haah, lunch?? Jam berapa sekarang..?" tanyaku.
"Eleven O'clock darling.., kamu ketiduran nyenyak tadi pagi" ujarnya.
"Kok aku nggak tahu kalau sudah pagi, nggak ada sinar masuk sih" ujarku.
"Memang kamar ini aku bikin sedemikian rupa hingga tidak mungkin ada sinar masuk, jadi kalau sudah di dalam, bisa-bisa kita tidak tahu waktu kalau tidak melihat jam" ujarnya lagi. Wah, wah, aku jadi semakin bingung, siapa Nini ini sebenarnya?
Akhirnya aku duduk berhadapan dan menikmati lunch yang tersedia. Terpaksa aku bolos kerja hari ini, entah alasan apa yang harus aku kemukakan ke kantor nanti. Kami berbincang santai sambil sesekali membahas teknik permainan sex masing-masing. Kami sangat terbuka dalam membicarakannya dan ini akan lebih mendekatkan hubungan kami serta dapat mengetahui keinginan masing-masing dalam cara cara memuaskan nafsu birahi pasangan kami.
Ketika aku ke kamar kecil, sekilas aku lihat di lemari hiasan yang menempel di dinding kamarnya, banyak bingkai foto dan plakat serta piala terpajang di sana, aku hanya lewat saja tanpa berminat untuk melihatnya. Setelah dari kamar kecil aku kembali ke tempat dimana Nini masih duduk dengan santainya di luar.
"Nini, aku ingin bertanya beberapa hal yang mungkin bersifat pribadi, boleh nggak?" aku bertanya.
"Kalau aku bisa jawab, mengapa tidak, tanyalah" jawabnya.
"Are you married?" kuberanikan bertanya langsung pada tujuan.
"No, I am still single" jawabnya santai.
"So, what is your job?" tanyaku kembali.
"Hei, it's a funny question honey, don't you know who am I when we met for the first time?" Nini balik bertanya keheranan.
"Aku adalah Nini *****," sambungnya.
Hampir aku terlonjak dari tempat dudukku mendengar nama tenar itu.
"Sorry Ni, mungkin aku kurang gaul, tapi memang sebenarnya aku tidak pernah mengikuti perkembangan dunia yang kamu geluti dan aku tidak pernah berkecimpung di dalamnya. Mungkin mulai sekarang aku harus mengikutinya ya" aku berkata dengan perlahan diiringi perasaan malu yang sangat mendalam.
"Kamu tidak perlu mengubah apa yang telah ada pada dirimu, justru dengan begitu aku lebih salut padamu, karena tadinya kukira kamu mau bercinta denganku karena aku ini adalah seorang tenar" ujarnya.
"Jadi, setelah kamu tahu siapa aku, masih bersediakah kamu untuk bercinta denganku, tapi aku tidak mau ada ikatan. Just for an easy going relationship, to fullfill each other. Kalau aku sedang kesepian, tolong temani aku, demikian pula kalau kamu sedang sendirian, aku akan berusaha nemenin kamu" ujarnya sambil menolehkan kepala mengecup pipiku.
"Tapi, bukankah ada sekian banyak lelaki di sekelilingmu dan dengan kecantikan, body kamu, apalagi dengan permainan sex kamu yang demikian top, akan banyak laki laki yang setiap saat siap datang?"
"Kamu tahu toh, mereka datang sebagai sosok kepribadian lain di depanku, mereka datang dan pergi tanpa harus aku kenang atau aku ingat dan tidak ada yang pernah mendapatkan teknik permainan sex seperti yang kamu dapatkan tadi malam. Kamu adalah orang ketiga setelah mantan pacarku dulu" ujarnya.
"Lalu mengapa kamu undang aku, padahal hubungan kita masih terlalu singkat untuk sampai ke atas ranjang?" tanyaku.
"Waktu di restoran, dari apa yang kulihat dan kita bicarakan, aku ingin mendapatkan kepuasan sexual dari kamu dan ternyata memang tidak salah. Lalu selama pembicaraan kita itu, aku sudah perkirakan bahwa kamu tidak tahu siapa sebenarnya aku, jadi dari pada kalau kamu tahu terus kamu takut, maka aku harus segera memberi seluruh teknik permainan yang aku miliki agar.."
"OK, OK, stop, stop, aku mengerti sekarang.." ujarku sambil kucium bibirnya dan kuraba dadanya.
"Jadi kamu masih mau berhubungan dengan aku untuk selanjutnya?" tanyanya.
"Walaupun aku tahu siapa kamu sebenarnya, tidak akan menghalangiku berhubungan dengan kamu selanjutnya dan aku tidak akan pernah menghalangi pekerjaan kamu, toh hubungan kita kalau boleh aku bilang adalah 'just for fun', cuma satu permintaanku yaitu aku tidak mau berada di depan publik bersama kamu, kecuali di luar kota" kataku tegas.
"Setuju Sayang, aku pun mau bicara soal itu, tapi takut kamu tersinggung. Biasanya lelaki lain malah ingin jalan bersamaku ke tempat umum karena itu adalah kebanggaan buat mereka. Kalau begitu, lusa kan hari Jumat, kita keluar kota ya, ke Bali" ajaknya sambil diciumnya bibirku hangat lalu tangannya kembali meremas-remas penisku yang mulai mengeras lagi.
Akhirnya kami kembali bergumul menumpahkah hasrat nafsu birahi kami di kursi luar kamarnya itu sambil duduk. Nini orgasme duluan dan aku menyusul kira kira 10 menit kemudian. Beberapa saat setelah istirahat..
"Ni, aku pulang dulu ya" aku berkata.
"Jadi lusa acara ke Bali-nya gimana?" dia bertanya penuh harap.
"Tiga jam lagi aku telepon kamu" jawabku.
"Jangan nggak ya" katanya sambil mengecupku sebelum aku naik ke mobilku.
Jumat jam 3 siang, pesawat yang aku tumpangi mendarat di bandara Ngurah Rai. Seperti biasa, sopir Arif menjemputku dengan mobilnya. Kali ini aku dipinjamkan sebuah Mercedez Bulldog mirip seperti milik Nini, hanya saja warnanya biru tua. Arif adalah sahabatku di Bali, cerita tentang Arif ada di ceritaku terdahulu, "Kamu Lelaki Bukan, Sih?". Aku telah memesan kamar hotel di kawasan Nusa Dua. Nini akan datang hari ini juga tapi aku tidak tahu jam kedatangannya karena saat aku check-in, ternyata Nini belum datang. Baru kemudian Nini datang mengetuk kamarku dangan diantar oleh bell boy pada jam 8 malam hingga aku sempat tertidur beberapa jam.
"Sorry Vir, aku tidak dapat datang lebih pagi, kamu sudah lama menunggu ya?" tanyanya sambil mengecup pipiku dan kucium bibirnya.
"Nggak kok, aku tiba tadi jam 10 pagi" kataku menggoda.
"Hayoo, mulai boong ya, kata resepsionis tadi kamu check in jam 4, bukan jam 10" katanya sambil tangannya mengelus penisku dari luar celana.
Kami duduk berdampingan sambil mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sudah jam 9.
"Mandi dulu sana, kita makan di luar" ujarku.
"Kalau makan aku, pakai mandi dulu nggak?" Nini merajuk.
"Kalau makan kamu, nggak usah mandi dulu, ntar aku yang mandiin pakai lidah" kataku menggoda.
"Mau doong" katanya sambil membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.
Aku meneruskan menonton TV sambil tiduran di ranjang sementara Nini berendam di bathtub sekitar 30 menitan. Saat Nini telah selesai mandi, dia naik ke ranjang bertelanjang bulat lalu membuka celanaku.
"Ini yang aku rindukan, Darling" katanya sambil memasukkan penisku yang masih lemas ke mulutnya.
Seketika itu juga penisku menjadi tegang di dalam mulutnya. Sebelum tegang sempurna, aku balikkan badanku dan aku tangkap kakinya, lalu aku julurkan lidahku dan segera dengan tanpa basa basi kukorek-korek liang vaginanya hingga Nini terkejut sebentar tapi langsung mengerang keenakan karena memang inilah yang ditunggunya. Tangannya seketika menggapai penisku dan meremas-remasnya, tapi hanya 2 menit kemudian aku lepaskan lidahku, lalu aku bangun.
"Udah ah, simpen dulu buat nanti ya?" godaku.
"Vir.. Jahat kamu ya, aku mau sekarang, baru kita pergi" rengeknya.
"Hehe, kumpulin nafsunya buat nanti, sekarang aku lapar nih, kita ke Kuta, aku ada mobil temanku. Hmm.. pakai pakaian yang sexy ya" ujarku.
Nini memakai rok terusan motif agak transparan yang atasnya tergantung di bahu dan menyilang di punggung dengan tali tipis terkait di roknya bagian belakang. Belahan dadanya yang terbuka sampai perut memperlihatkan kulit dan sebagian buah dadanya yang putih dan kenyal. Bahan roknya yang jatuh mencetak bentuk buah dadanya sangat indah. Bagian punggungnya terbuka total, hanya ada 2 tali tipis menyilang di punggungnya dan bagian bawah melebar 20 cm di atas lututnya. Sebuah selendang sutra dikenakan melingkar di pundaknya menutupi bagian atas tubuhnya. Tampak sexy sekali dia malam ini, ditambah rambutnya yang diikat ke atas memperlihatkan lehernya yang indah dan seperangkat perhiasan mahal di telinga, leher, jari dan tangan menghiasi si pemilik tubuh hingga semakin menjadi perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Dan malam ini si sexy ini bersamaku.
Setelah kami makan, pada jam 11 aku ajak Nini untuk bertemu Arif di clubnya. Nini melepas selendangnya sebelum turun dari mobil. Arif sedang duduk di meja tengah bersama 8 orang, 5 pria dan 3 wanita. Saat melihatku, Arif langsung mempersilakan kami duduk.
"Vir.. Udah ditunggu nih.. Kok lama bener" kata Arif.
"Kenalin dulu nih.. Nini, datangnya terlambat dan gua ketiduran tadi" jawabku.
"Ketiduran atau ditidurin? Eh.. Rara mau dateng lho sebentar lagi" bisik Arif di telingaku.
"Gila lu ya.. Kan gua udah bilang kalau gua nggak sendirian" bisikku lagi.
"Tenang friend.. Rara akan dateng sama suaminya" bisiknya lagi sambil menepuk nepuk pundakku. Sekedar informasi, cerita tentang Rara juga ada di ceritaku sebelumnya: "Kamu Lelaki Bukan, Sih?"
Lalu kami saling berkenalan dengan mereka dan seperti telah kuduga, semua lelaki membelalakkan matanya memandang Nini seakan menelanjangi tubuhnya dengan matanya. Aku ditarik Arif sedikit menjauh dari meja.
"Vir.. Dia kan Nini *****?" dia bertanya.
"Awalnya gua nggak tahu bahwa dia adalah Nini *****, soalnya kalau tahu juga gua nggak bakal berani dekat-dekat" aku menegaskan.
"Sekarang ya sudah kepalang. Ternyata dia nggak seperti dugaan orang, paling tidak sama gue lho" sambungku lagi.
"Dasar buaya lu! Jadi masih bisa gua dekati nggak nih?" tanyanya penuh selidik.
"Siapa juga boleh dan bisa ngedeketin dia, tapi tergantung dianya kan, mau apa nggak" jawabku membuatnya penasaran.
"OK dah, ntar gua usaha, jangan cemburu ya" Arif berkata seakan menantangku.
Kami kembali ke tengah kerumunan dan terlihat Nini yang memang supel sudah bercengkerama dengan mereka. Di tangannya terlihat segelas red wine. Seperti biasa aku minta Cointreau Double On The Rock. Tak berapa lama kemudian, ada yang menepuk pundakku dari belakang. Sewaktu aku menoleh, kulihat Rara berdiri di belakangku dan di sebelahnya ada seorang pria yang ternyata suaminya seperti yang pernah beberapa kali kulihat di media massa.
Aku bangkit berdiri dan Rara menjabat tanganku, memberi kecupan di pipiku serta memperkenalkanku dengan suaminya. Aku diperkenalkannya sebagai sahabat lamanya 8 tahun yang lalu. Lalu aku panggil Nini, saat aku akan memperkenalkannya, Rara berteriak..
"Nini.. Ada angin apa kita ketemu di sini"
Rupanya mereka sudah saling kenal. Aku tidak heran. Ternyata suaminya juga telah mengenal Nini sekilas. Akhirnya kami duduk bersama, aku dan Nini bersebelahan, Rara dan suaminya berhadapan dengan kami. Dengan posisi seperti itu, aku bebas berhadapan dan bertatapan dengan Rara sedangkan suami Rara dengan bebasnya memandang Nini, dan itulah yang dilakukannya, sesekali matanya turun melihat paha Nini yang terbuka serta belahan dadanya yang menantang.
Musik bergema dengan kerasnya. Beberapa gelas telah kami habiskan sehingga semua yang berada di meja itu jadi typsy, terkadang bicara agak ngelantur dan saling menggoda sudah menjadi hal biasa. Kadang kupeluk Nini atau sesekali kucium pipi dan bibirnya. Demikian pula Rara bersikap mesra pada suaminya. Tapi sering kutangkap pandangan mata Rara sehingga kami sering saling menatap penuh arti.
"Ada pandangan lain dari mata Rara buat kamu, apa itu?" bisik Nini di telingaku sambil tangannya meraba pahaku.
"Ternyata mata dan perasaan kamu tajam juga ya. Rara pernah sama aku 8 tahun yang lalu, di sini juga pertama kali aku bertemu dengan dia, hubungan kami cuma sekitar 6 bulan saat aku sering kemari untuk mengerjakan proyek kantorku" jawabku berterus terang.
Ternyata jawabanku cukup memuaskannya sehingga Nini tidak bertanya lebih lanjut. Selang beberapa lagu, Nini menarik Rara untuk menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa. Terlihat mereka berdua bergoyang dengan santainya sambil sesekali mengobrol. Tak lama kemudian terlihat Nini melambaikan tangannya padaku. Aku mendekat sehingga kami bertiga ada di lantai dansa dengan dan bergoyang seadanya.
"Vir.. Rara kangen sama kamu, katanya" Nini berkata hingga terdengar pula oleh Rara. Rara hanya tersenyum simpul malu malu.
"Kalau nggak ada suamimu, aku cium kamu di sini lho" aku menggodanya.
"Kalau nggak ada Nini, aku yang cium kamu di sini" tantang Rara.
"Tuh suamimu sedang nggak ada di meja, kita cium Virano sama-sama aja Ra" ajak Nini.
Rara dan Nini serentak mencium pipi kiri dan kananku, dan Rara mengecup bibirku dilanjutkan dengan Nini juga mencium bibirku agak lama sambil mengalungkan tangannya ke leherku.
"Itu yang aku mau" protes Rara.
"Vir, aku mau undang Rara makan siang besok, boleh nggak?" tanya Nini.
"My pleasure, Ni" aku menyetujui.
"Kamu dengar sendiri kan? Jadi nggak usah nolak lagi ya Say?" ujar Nini pada Rara.
Rupanya Nini sudah mengundang Rara sebelumnya namun Rara ragu dan ingin meminta konfirmasi dariku lebih dulu. Kami meninggalkan club tersebut pada jam 2:30 dan kembali ke hotel di Nusa Dua. Sepanjang jalan, Nini bercerita bahwa beberapa orang teman Arif termasuk suami Rara berusaha menarik perhatian Nini dan bahkan ada yang berterus terang menngajak Nini kencan malam ini.
"Aku tahu kok, malah mata suami Rara nggak bisa lepas dari dada dan paha kamu. Dan aku juga tahu, kamu malah dengan sengaja, kadang-kadang kamu buka paha kamu sehingga dia bisa lihat CD kamu kan?" aku berkata.
"Kok kamu nggak ngelarang aku sih?" rajuknya.
"Aku juga menikmati sensasi tersebut sayangku, semakin banyak lelaki yang mabuk kepayang sama kamu, semakin bangga aku jalan bersama kamu. Tapi tidak demikian dengan suami Rara, dari cara Rara berpakaian, aku dapat menilai sifat suaminya. Padahal dulu Rara termasuk berani dalam berpakaian, yah seperti kamu sekarang ini deh" ceritaku.
Setibanya di hotel, kami kembali mengarungi lautan nafsu birahi, berusaha untuk saling memuaskan satu sama lain. Nini memang seorang yang sangat piawai dalam memuaskan lelaki, namun dia juga sangat membutuhkan kepuasan untuk dirinya sendiri dan aku pun berusaha untuk memuaskan dia. Kami bercinta sampai jam 5 pagi lalu tertidur. Lalu ada jam 11 terbangun oleh telepon dari Rara yang dijawab oleh Nini.
Saat mereka mengobrol di telepon, aku putar badanku lalu aku jilat vagina Nini dengan penuh nafsu hingga Nini mengerang keenakan dan Rara menanyakannya.
"Virano sedang breakfast, oohh.. Viir.. Aku lagi telepon nih.." desahnya.
"OK deh, lu ke sini aja cepat, gua butuh bantuan nih, Virano lagi ganas" katanya pada Rara.
Seketika Nini menutup telepon, aku pun berhenti menjilati vagina Nini. Dia protes, tapi aku meninggalkannya ke kamar mandi untuk mandi. Nini merajuk hingga mengatakan aku curang. Selesai berendam sekitar 15 menit, aku kenakan jas kamar mandi warna putih tebal dengan CD di dalamnya dan baru kemudian Nini menyusul masuk kamar mandi. Aku pesan makanan dari Room Service dengan tak melupakan 2 telur setengah matang pesanan Nini. Saat menunggu makanan, bel berbunyi. Aku kira Room service, ternyata Rara muncul dengan tank top kuning dan jeans, serasi sekali dengan kulitnya yang putih.
"Vir..,.. Baru mandi ya.., Mana Nini?" tanyanya sambil memajukan wajahnya dan aku kecup pipinya.
"Oh ada.. Tapi lagi mandi.. Masuk aja" ujarku sambil mempersilakannya masuk.
"Sudah selesaikah?" tanyanya penuh selidik.
"Apanya yang selesai, cuma appetizer kok" jawabku.
"Kok cepet, emangnya rumah kamu dekat sini?" tanyaku.
"Bukit Jimbaran, 20 menit saja sudah sampai ke sini" jawabnya.
"Mana suamimu?" tanyaku.
"Sedang di kantor, nanti sore mau ke Jakarta. Orang tuanya sakit, aku sudah bilang mau ajak kalian jalan jalan, dan dia OK. Malah dia titip salam buat Nini" kata Rara.
"Sst, jangan sampai dia dapat Nini, bahaya" bisikku.
"Emangnya kenapa? Nini hebat ya?" bisiknya lagi takut terdengar Nini dari kamar mandi.
"Buat aku, she's the best. Selama ini, aku agak kewalahan mengimbanginya"
"Masa kamu kewalahan, mungkin aku bisa belajar dari dia ya?" ujarnya penuh arti.
"Kalau kamu sehebat Nini, aku yakin suami kamu nggak akan cari cewek lain, kalau cari pun pasti balik lagi hehe.." godaku.
Lalu Nini selesai mandi, juga mengenakan jas handuk seperti punyaku. Aku yakin tidak ada apa-apa lagi di baliknya. Aku duduk di belakang sofa mereka dengan menarik kursi rias. Aku memperhatikan mereka mengobrol dan sesekali menimpali obrolan mereka. Rara memintaku menuang minuman yang dia bawa, sebotol Cointreau kesukaanku.. Aku menuangkannya 3 gelas.
Aku membawanya beserta es batu. Aku menuangkan minuman ke gelas mereka. Setelah minum beberapa gelas sambil mengobrol, tangan Nini masuk ke balik kimonoku dan mengelus 'adik'ku sehingga tegang dan keras. Nini melirik dan tersenyum sambil terus mengobrol dengan Rara.
Rara tidak memperhatikan yang dilakukan oleh Nini terhadapku. Nini menarik sedikit CD-ku dan mengelus batangku dengan lembut. Tampak Rara melihat apa yang dilakukan Nini tanpa Nini menyadari bahwa Rara tahu apa yang dilakukannya terhadapku. Aku duduk menyandar dan membiarkannya. Tangan Nini mengisyaratkan agar aku membuka CD-ku dan matanya melirik. Aku ke kamar mandi membuka CD-ku. Lalu aku kembali dan Nini melanjutkan mengocok halus batangku sementara Rara mencuri pandang ke arah selangkanganku. Rara tersenyum melihatku pasrah dan aku juga tersenyum ke arahnya.
Sementara mereka melanjutkan mengobrol sambil minum beberapa gelas lagi, tangan Nini terus aktif mengocok halus batangku. Aku hanya bisa menahan nafas atau berkejap-kejap menikmati pijatan dan kocokan tangan Nini. Rara terus saja mencuri pandang dan kimonoku tersingkap sehingga terlihat jelas tangan Nini yang sedang mengocok batangku. Nini tidak menyadari hal itu karena sudah sedikit mabuk. Mereka berdua terus mengobrol. Tapi mata Rara lebih sering lagi melirik ke belakang. Aku berdiri tapi Nini tidak juga melepas kocokan tangannya. Aku membiarkan kimonoku terbuka sehingga Rara dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Nini. Aku elus rambut Nini dan Nini secara tidak sadar menolehkan kepalanya hingga menyentuh kepala 'adik'ku dan melanjutkan dengan menjilatnya.
"Sshh.. Mm" desahku.
Nini terus saja menjilat dan mulai menghisap 'helm'ku. Rara melihat dengan jelas apa yang Nini lakukan dan aku menarik tangan Rara. Rara menggeser duduknya. Aku berjalan ke depan Nini tanpa Nini melepas tangannya dari batangku. Aku sudah berdiri di depan Nini dan Rara sementara Nini kembali menjilat, mengocok, serta menghisap batang kejantananku.
"Ra, kontol ini masih sama nggak rasanya sama dulu waktu masih lu pakai?" tanya Nini.
Aku menarik Rara sehingga berlutut di depanku dan Nini duduk di belakangnya. Aku menunduk dan mencium bibir Rara dan Rara tidak menolak. Kami berciuman cukup lama, sementara tangan Rara ikut mengelus batangku dan mengocoknya pelan. Sementara itu Nini tampak meremas buah dada Rara sambil mencium telinganya.
"Ini buat kamu Rara.. Isep kontolnya.. Aku mau liat cara oral lu" bisik Nini.
"Kata Virano, you are the best for him, ajari aku ya?" pinta Rara. Lalu Rara mulai menjilat seluruh batang penisku dari ujung kepala sampai pangkalnya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Sshh.. Mmhh.. Yyeess.. Hhmm.." desah Rara.
Lalu aku meminta Rara untuk berdiri. Tank top Rara sudah dibuka oleh Nini sehingga hanya tersisa bra warna merah tua. Aku berlutut di depannya dan berciuman dengan Nini. Nini berlutut di sampingku lalu membuka kancing celana Rara dan aku membuka BH-nya. Lalu Nini melepas celana Rara dan melemparnya entah kemana hingga Rara hanya tinggal mengenakan G-String. Aku berdiri dan meminta Nini untuk duduk di sofa lalu kucium telinganya.
"Sshh.. Mm.. Mm" desahnya sementara tanganku meremas buah dadanya.
"Yyaa.. Mmpphh.. Tterruuss Vii" desahnya sambil tangannya mengocok batangku.
"Kontol kamu gede ya.. Aku suka Vir.. Rara juga mau tuh" katanya sementara tangan kirinya memeluk leherku.
Kami terus berciuman lalu Rara berlutut dan mencium batangku. Aku melirik Nini dan dia hanya tersenyum melihatku. Aku pun balas tersenyum. Rara menjilat dan menghisap batangku serta lidahnya tidak kalah lincah menari menjilati serta melumuri batangku dengan ludahnya.
Aku duduk di sebelah Nini dan Rara terus menghisap batangku tanpa menghiraukan keberadaan Nini. Tangan kanannya terus mengocok batangku sementara mulutnya menghisap 'helm'ku dan lidahnya menari menjilatinya juga. Kepala Rara terus naik turun menghisap, menjilat dan mengulum batang kejantananku..
"Sshh.. Ohh.. Yyeess.. Ra.." desahku sambil mengelus rambut Rara dan tangan kananku meremas payudara Nini yang duduk menghadap ke arah kami.
"Sshh.. Ohh" desahku sambil menarik Nini dan berciuman. Sementara aku berciuman dengan Nini, Rara masih sibuk mengoralku hingga birahiku memuncak dan cairanku sudah mencapai ujung.
"Mmhh.. Mmhh.. Mphh" jeritku tertahan oleh Nini yang memeluk dan terus mencium bibirku.
"Aahh.. Yyeeaa.. Ohh.. Aacchh" jeritku setelah Nini melepas ciumannya. Rara terus menelan dan menghisap penisku. Rara menelan semua spermaku lalu tersenyum dan mencium telingaku.
"Kontol kamu enak Vi.. Aku suka.. Aku pingin nih" bisiknya meminta.
Aku tersenyum dan mengangguk, kucium bibir Rara yang masih ada sisa spermaku. Aku duduk di antara Rara dan Nini sementara Nini mengelus batangku lagi dan aku mencium bibir Rara.
"Mm.. Mm.. Makasih ya.. Isepan kamu enak lho, beda sama dulu.. Kalah dikit ama Nini" ujarku sedikit memuji Rara.
"Mm.. Bisa aja kamu Vir" balasnya.
Nini terus mengelus batang penisku hingga kejantananku mulai tegang dan Nini menjilat dan mengocoknya pelan. Aku meremas dan menghisap kedua payudaranya
"Sshh.. Trus.. Vir.. Iisseepp yaa.. Sshh.." desahnya nikmat. Sementara aku menghisap payudara Rara, Nini menghisap penisku.
"Ra, perhatikan cara Nini ngisep kontolku" kataku.
Rara melihat Nini yang sedang menjilati dan mengisap penisku sambil mengerang-ngerang karena buah dadanya aku hisap. Aku menarik turun CD Rara dan meraba vaginanya
"Shh.. Yyeess" desisnya sambil kumainkan clitorisnya dengan jariku.
"Oohh.. Viir.. Eehhmm.. Mmpphh.. Jilat.. Vii.. Jilat..!" desahnya nikmat. Rara berdiri dan mengangkangi kepalaku
"Jilat Vir.. Jilat vaginaku.. Oohh.. Mhh" jeritnya tertahan saat aku menjilat dan mengulum clitorisnya sementara Nini masih mengoralku dan tangan kirinya menggosok vaginanya sendiri.
Aku meminta Nini berhenti mengocok penisku dengan mulutnya, lalu kuminta Nini memperagakan gerakan mulutnya seperti di kamarnya, dan dia mulai dengan gerakan-gerakan itu. Rara melotot melihatnya terkagum kagum.
"Nini, gantian gua mau coba, ajarin gua ya" pinta Rara.
Lalu Rara mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Baru sampai setengahnya, Rara sudah tersedak. Nini mengajari Rara bagaimana cara mengendalikan otot lehernya agar penisku bisa masuk ke tenggorokannya, lalu Rara mencoba dengan gerakan menelannya. Lumayan, Rara bisa sedikit walaupun masih diiringi dengan batuk berkali kali. Rara kelelahan, lalu melepaskan penisku dari mulutnya. Aku berdiri, lalu meminta Rara berlutut di atas karpet dan menghadap sofa. Aku berlutut di belakangnya dan menggesekkan penisku ke vaginanya.
"Sshh.. Vir.. Masuukkiinn Ssaayy.. Sshh.. Yyeess..!" jeritnya saat penisku memasuki vaginanya yang sudah basah karena jilatanku ditambah penisku yang juga sudah basah karena ludah Nini yang sejak tadi mengoralku.
"Sshh.. Ach.. Ach.. Aacchh.. Teruss.. Aacchh.. Teruss say.. Fucckk.. Mmee.. Aacchh.. Yyeeaah.. Thatss.. Goodd.. Ffuuckk.. Mee" desahnya sambil kedua tangannya meremas sandaran sofa. Aku menggenjot Rara dengan ritme teratur.
Nini tidak tinggal diam, badannya disusupkan telentang di bawah badan Rara. Kepalanya sekarang berada tepat di bawah vagina Rara sehingga dapat melihat dengan jelas penisku yang keluar masuk vagina Rara. Ditariknya bantal dan ditempatkan di bawah kepalanya. Nini mulai menjilati klitoris Rara dan penisku setiap kali penisku keluar dari vagina Rara. Rara tampak sangat menikmati tusukan penisku dan jilatan Nini.
"Aahh.. Aakkuu.. Kkeelluuaarr.. Ohh.. Ohh.. Aacchh.. Yyeess.. i'm cumming!" jeritnya menikmati saat mencapai klimaks sementara penisku terasa dipijat dan diremas-remas oleh vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat dan menyiram batang penisku.
Kucabut penisku, ganti Nini menghisap vagina Rara dan menjilati seluruh cairan yang keluar dari vagina Rara. Aku mulai mengarahkan lidahku ke anus Rara, kudorong lidahku dalam-dalam lalu kusedot kuat-kuat. Rara berkelojotan diserang oleh kami berdua hingga Rara ambruk menindih Nini yang berada di bawahnya. Lalu aku berciuman dengan Nini sambil sesekali menjilat vagina dan anus Rara yang berada tepat di hadapan kami berdua.
Sekarang Nini duduk menghadap kami berdua sambil meraba dan melakukan masturbasi. Keadaan ini membuatku semakin bersemangat, lalu kuminta Rara untuk mengubah posisi dan menggenjotnya. Aku mendudukkan Rara di meja dan aku berada di depannya. Rara telentang di atas meja. Aku mengangkat kedua kakinya dan aku letakkan di pundakku hingga membuat penisku langsung menghadap vagina Rara.
Kumasukkan batang kejantananku dan aku menggenjot Rara lagi. Nini naik ke atas meja dan menduduki wajah Rara hingga mau tak mau Rara mengeluarkan lidahnya dan mengaduk-aduk vagina Nini. Sesekali Nini juga menyodorkan anusnya untuk dijilat Rara hingga tak ada jalan lain bagi Rara untuk juga menjilati dan menyedotnya.
"Shh.. Aahh.. Yyeess.. Keluarin.. Ach. Ach.. Yyeeahh" desahnya nikmat. Sementara tanganku masih meremas kedua payudaranya, kedua tangan Rara mencengkeram pinggir meja makan dan..
"Oohh.. Vir.. Aammppuunn.. Aakkuu.. Gaakk.. Kuuatt..!" jeritnya menikmati klimaks untuk kedua kalinya. Lalu Rara berdiri dan menciumku.
"Makasih ya Viir.. Kontol kamu enak banget" bisiknya.
Sementara Nini yang masih mengusap dan memasukkan jarinya ke vaginanya mendorongku hingga telentang dan memasukkan penisku yang masih tegang agar masuk ke vaginanya. Nini mulai menggenjot. Kuraih kepala Rara, kucium lalu kuminta dia agar menghisap anus Nini dari belakang. Rara segera melakukan yang kuminta, jarinya didorong memasuki anus Nini dan mengocoknya dari pelan menjadi semakin cepat.
"Oohh.. Ra.. Kamu nakal.." jerit Nini nikmat ketika aku menyodok vaginanya dengan penisku serta Rara mengorek anusnya.
"Cepet Say.. Cepet Say.. Aku.. Keluar.. Aakkuu.. Aahh.. Aahh..!" jerit Nini, badannya bergetar mencapai klimaks. Aku terus menggenjot Nini dan..
"Aahh.. Nini..!" jeritku.
Nini buru-buru mencabut dan menghisap penisku. Aku klimaks lagi. Nini menelan sebagian spermaku dan Rara menghampiri untuk minta bagian. Lalu mereka saling berciuman dengan hangat dan bermain-main dengan spermaku. Kemudian Rara terduduk memandangiku sambil tersenyum. Setelah itu aku mandi dan mengganti baju di kamar. Dari kamar mandi yang pintunya tidak kututup, aku dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Wah.. Ni, gila bener lu.. Permainan lu menakjubkan, pantas saja kata Virano, lu is the best, kalian seimbang ya?" kata Rara.
"He is the best for me too Ra.., waktu pertama kali main sama dia, agak kewalahan juga gua, kalo sekarang gua dan dia udah biasa dan memang gua rasa, kami seimbang dan cocok. Gua bisa sangat terbuka, demikian juga dia dalam soal sex. Padalah gua juga baru kenal 3 hari yang lalu, tapi rasanya sudah kenal berbulan-bulan" kata Nini.
"Gua baru kali ini main bertiga gini lho" kata Rara.
"Gak pa-pa lah. Buat sekali-kali cari sensasi. Dari pada ama suami sendiri terus. Bosen. Gayanya gitu-gitu aja kan?" Nini membalas.
"Tapi jujur lho. Baru kali ini gue ngesex dengan sepenuh hati kaya tadi. Nafsu birahi benar benar membakar tubuhku, gua nggak sadar kenapa bisa gua lakukan hal-hal seperti tadi" kata Rara lagi.
Aku keluar dari kamar mandi lalu berbaring kecapaian di ranjang. Sementara Nini dan Rara terus mengobrol, aku tertidur. Pada jam 5 aku terbangun, kulihat mereka telah tertidur di sampingku. Kujilat puting susu Nini lalu beralih ke vaginanya. Nini terbangun lalu tangannya bergerak mencari penisku, dielus elus dan dikocoknya. Aku mendekat ke telinga Nini.
"Mau sensasi lebih?" bisikku.
"Siapa lagi?" rupanya Nini mengerti maksudku.
"Arif" sahutku pelan.
"Lebih baik jangan, karena tampaknya dia tahu siapa aku" sahutnya, aku membenarkannya.
"OK, kita keluar malam ini bertiga, kamu boleh menentukan cowok yang kamu sukai, nanti biar aku yang atur" kataku.
"Deal" sambutnya.
Setelah makan malam, kami bertiga mengunjungi sebuah club yang berada di tepi pantai kawasan Legian. Nini memakai rok terusan ketat mini warna kulit berbahan kaus tipis agak transparan mencetak tubuhnya, tanpa lengan dengan belahan V yang rendah hingga memperlihatkan sebagian buah dadanya yang tidak mengenakan BH. Rara mengejutkanku, dia memakai rok terusan hitam yang dia pakai saat pertama kali ngesex denganku 7 tahun silam, namun kali ini dia tidak mengenakan BH.
"Hey, Ra.. Aku masih ingat baju itu, kamu masih menyimpannya?" aku bertanya.
"Sejak saat itu aku simpan dan tidak pernah kupakai, baru kali ini kupakai lagi" jawabnya.
Saat beberapa gelas minuman telah habis, Nini mulai tampak liar, berdansa meliuk-liukan badannya sambil tangannya terkadang diangkat ke atas membuat rangsangan pada kaum lelaki. Karena club ini open air dan tidak ada AC, sebentar saja tubuh Nini telah berkeringat hingga membuat bajunya basah dan memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan jelas. Bagian dadanya sangat jelas tampak dengan puting yang tercetak di dadanya.
Sedangkan Rara pun telah bergelayut di leherku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga kembali membuat penisku menegang sementara Nini di sampingku. Kulihat seorang pria mencoba mendekati Nini dan bergoyang di depannya. Nini dengan demonstratif menari semakin erotis di hadapan pria itu. Kulihat pria tersebut, lumayan keren.. Akhirnya kulihat Nini sudah memegang pinggang cowok tersebut sambil menggesekkan bagian bawah perutnya ke penis cowok tersebut hingga keenakan cowok tersebut dibuatnya. Terlihat cowok tersebut memegang erat pantat Nini dan meremasnya.
"Vir.. Kenapa kamu biarkan Nini seperti itu? Kamu nggak marah..?" Rara bertanya.
"I am an easy going person, Sayang, kalau dia senang melakukan itu, biarlah dia melakukannya" jawabku.
"Kalian sangat moderat ya" bisiknya.
Sambil masih berpelukan dengan cowok tersebut, Nini melangkah mundur mendekatiku lalu menyandar di badanku sehingga tangan cowok tersebut terjepit di antara Nini dan aku, tapi cepat cepat ditariknya tangannya. Nini menarik tangan kiriku dan dibawanya ke pantatnya kemudian aku raba pantatnya sampai ke pinggangnya. Kubisikan sambil kujilat telinganya di depan muka sang cowok..
"Kamu nggak pakai CD ya?" Nini membalikkan wajahnya sambil tersenyum padaku.
"Katanya disuruh cari sensasi baru?" jawabnya manja sambil diraihnya kepalaku dengan tangan kanannya, lalu kami berciuman.
Sementara tangan kananku masih memeluk Rara, jari kiriku kumasukan ke mulut Nini agar basah, lalu menjalar ke balik roknya mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kukorek dan kumasukkan jariku ke dalam anusnya. Nini menggelinjang lalu diraihnya tangan kiriku dan dibawanya ke arah dadanya melewati pinggangnya lalu kuremas dadanya. Tak hanya sampai di situ, tangan kiri Nini menjalar ke belakang menggapai penisku yang telah mengeras lalu diremas-remasnya dengan penuh nafsu.
Nini melakukan semua itu dengan liarnya di depan hidung sang cowok itu hingga cowok tersebut memandang sampai terbengong-bengong tak dapat berkata apa pun melihat kelakuan Nini. Akhirnya Nini melepaskan ciumannya padaku dan kembali menghadap ke depan lalu menarik leher cowok tersebut. Kudengar Nini berkata..
"Tadi lu ngajak gua ngewe kan?" Cowok tersebut masih bengong.
"Dia ini cowokku, tapi gua malam ini mau cowok satu lagi, kalau lu bisa penuhi dua syarat gua, mungkin lu bisa ikut kami bertiga sekarang" Nini berkata lagi.
"Syaratnya apa?" tanya cowok tersebut.
"Pertama gua mau coba lidah lu di vagina gua sekarang" Wah, Nini sangat liar malam ini, pikirku.
"Kedua, kontol lu musti setidaknya sama besar dan panjang seperti cowok gua" tantang Nini. Aku setengah terkejut mendengar syarat Nini tapi aku juga tersenyum mendengar persyaratan yang kedua itu.
Mungkin cowo tersebut sudah sedemikian bernafsunya sehingga mengiyakan saja syarat yang diminta Nini. Kebetulan meja kami berada di pojok dekat pinggir laut dan berada di kegelapan. Nini yang duduk di kursi tinggi lalu menarik roknya ke atas serta membuka kakinya. Cowok tersebut menunduk dan mulai menjilat vagina Nini sementara Nini tetap menggoyangkan badannya. Sekitar semenit cowo tersebut menjilat vagina Nini lalu Nini menghentikannya.
"Sudah, sudah, not bad.." kata Nini akhirnya.
"Sekarang lu kan sudah terangsang jilatin vagina gua, coba gua pegang kontol lu", dengan enteng Nini meraih celana cowok tersebut lalu membuka ritsletingnya dan mengeluarkan penis cowok tersebut. Berukuran kira-kira 13 cm, tapi lingkarannya kecil, mungkin 3 cm saja. Hmm.. Aku tersenyum melihatnya.
"Nggak lulus, punya cowok gua lebih panjang dan besar, perlu bukti??", Nini meraih celanaku dan mengeluarkan penisku yang masih lemas. Nini menundukkan kepalanya lalu mulai menjilat dan menghisap penisku. Seketika itu pula penisku mengeras namun belum sempurna. Nini melepaskan kulumannya dan meminta cowok tersebut untuk melihatnya.
"Percaya?" kata Nini sambil dengan kurang ajar sedikit mendorong kepala cowok tersebut ke bawah untuk dapat melihat dengan jelas penisku.
Cowok tersebut pergi meninggalkan kami dengan kecewa dan Nini hanya tertawa sambil meneruskan goyangannya. Untung saja kami berada di pojok kegelapan dan yakin bahwa tidak ada orang yang mengetahui perbuatan Nini tadi.
"Huuh.. Apakah sensasiku cukup menarik buat kamu, Sayang?" kata Nini.
"Lu gila Ni.. Gimana kalau cowok tadi marah lu permainkan gitu?" kata Rara.
"Kalau dia marah, paling-paling gua kasih blow job, bereslah" jawab Nini seenaknya.
"Mau di sini terus atau mau pindah?" ajak Nini.
"Pindah aja" tegas Rara.
"Pusing gua liat Nini, lama-lama jadi horny lagi gua" lanjutnya.
"Bukannya memang udah horny lu, tuh ada Virano bisa bantuin lu, atau mau sama gua lagi? Tapi Virano juga musti ikut, soalnya gua kan bukan lesbi asli" kata Nini seenaknya.
"Mumpung di Bali, jarang ada yang kenal, kalau di Jakarta nggak mungkin lah gua kaya begitu" katanya pula.
Lalu kami meninggalkan tempat itu menuju hotel. Aku dan Nini berdua mengeroyok Rara habis-habisan sampai Rara berteriak menyerah setelah orgasmenya yang ke-5, sedangkan aku dan Nini masing masing orgasme sekali. Lalu kami mengantar Rara pulang ke rumahnya dan kami kembali ke hotel melanjutkan nafsu yang tertahan karena aku masih ingin memberi kenikmatan lebih pada Nini.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sore harinya Rara akan datang kembali ke hotel. Aku dan Nini kembali ke Jakarta pada hari Senin dengan pesawat yang berbeda tentunya. Hubungan sex-ku dengan Nini terus berlanjut 3-4 kali dalam sebulan dan berlangsung kurang lebih selama 3 tahun. Kalau di Jakarta pasti dilakukan di rumahnya, tapi kadang kami juga pergi ke luar kota atau luar negeri.
Variasi dan teknik permainan Nini yang begitu beragam seakan tidak pernah ada habisnya, selalu saja ada kejutan-kejutan baru yang sampai dengan saat tulisan ini dibuat, menurutku she is the best amongst all up to now. Saat itu pernah aku berpikir, tidak heran bahwa Nini dapat memperoleh kehidupan yang sedemikian mapan serta teknik permainan sex yang luar biasa seperti itu karena mungkin hal ini memang sangat berhubungan erat dengan pekerjaan dan karier yang dibinanya selama ini.
Profesinya itulah yang kubiarkan tetap menjadi misteri dalam cerita ini, barangkali saja ada pembaca yang bisa mengungkap. Atau mungkin saja ada di antara pembaca yang juga pernah berhubungan dengan Nini sehingga tentunya akan dengan mudah menebak siapa dia sebenarnya.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar